This site uses cookies.
Some of these cookies are essential to the operation of the site,
while others help to improve your experience by providing insights into how the site is being used.
For more information, please see the ProZ.com privacy policy.
This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations
This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Services
Translation, Subtitling
Expertise
Specializes in:
Cinema, Film, TV, Drama
Also works in:
Manufacturing
Law (general)
More
Less
Rates
Japanese to Indonesian - Standard rate: 15.00 IDR per character English to Indonesian - Standard rate: 15.00 IDR per word
Translation - Indonesian Aku seekor kucing. Aku belum mempunyai nama. Aku sama sekali tidak tahu di mana aku lahir. Aku hanya ingat aku mengeong di tempat yang seluruhnya gelap dan basah. Di sinilah pertama kalinya aku melihat makhluk bernama manusia. Lebih lanjut tentang manusia dari apa yang kudengar, katanya pelajar adalah ras paling kasar di antara manusia. Katanya mereka menangkap, merebus, dan memakan kami, para kucing. Akan tetapi pada saat itu aku tidak memiliki pikiran apa-apa sehingga tidak merasa ketakutan. Hanya saja, ketika aku diangkat dan dibawa di atas telapak tangannya dengan begitu cepat, aku merasa seperti
melayang. Setelah agak sedikit tenang di atas telapak tangannya, aku melihat wajah si pelajar, dan itu pertama kalinya aku melihat wajah manusia. Rasa aneh pada saat melihatnya masih terbayang hingga kini. Pertama, wajah yang seharusnya dihiasi bulu, licin seperti ketel. Sejak saat itu aku banyak bertemu dengan kucing, tapi tidak pernah sekalipun menemukan yang aneh seperti ini. Dan lagi, bagian tengah wajahnya amat menonjol keluar. Dari lubang di tengahnya terkadang mereka mengeluarkan asap. Aku sangat tidak tahan terhadap asap itu, tapi akhirnya aku tahu bahwa itu asap dari rokok yang manusia sering hirup.
Ketika berada di telapak tangan pelajar ini, aku terduduk dengan nyaman untuk sementara waktu, tapi setelah beberapa saat dia mulai bergerak dengan kecepatan tinggi. Aku tidak tahu lagi siapa yang bergerak, si pelajar atau diriku sendiri. Mataku berputar-putar liar, dadaku berdebar-debar. Saat berpikir aku mungkin akan mati, aku jatuh dengan suara berdebam dan mataku berkunang-kunang. Aku mengingat kejadian sampai sini, tapi berapa kali pun aku mencoba mengingat kejadian apa setelahnya, aku tidak bisa mengingatnya. Setelah aku sadar, pelajar itu sudah tidak ada. Aku memiliki banyak saudara, tapi tak satu pun dari mereka terlihat. Sosok ibuku tersayang pun tidak terlihat. Selain itu, tempatku berada saat ini berbeda dengan sebelumnya, tempat ini benar-benar terang sampai aku tidak bisa membuka mata. Saat aku mencoba untuk merangkak perlahan dalam keadaan yang seluruhnya aneh, aku merasa amat sangat kesakitan. Aku mendadak dibuang di antara rumpun bambu dari tumpukan jerami lembut. Seingatku, ketika merangkak keluar dari rumpun bambu, ada kolam besar di baliknya. Aku duduk di depan kolam dan mencoba memikirkan apa yang sebaiknya kulakukan, tapi tidak ada ide yang muncul. Untuk sesaat aku berpikir jika aku mengeong, mungkin si pelajar itu akan kembali lagi. Aku mencoba mengeong, tapi tidak seorang pun yang datang. Pada saat itu angin berhembus kencang melewati kolam. Hari sudah mulai gelap. Aku mulai kelaparan, tapi mau menangis pun suaraku tidak keluar. Apa boleh buat, aku harus melakukan sesuatu. Setelah membulatkan tekad untuk terus berjalan sampai menemukan tempat yang lebih baik, aku mulai berjalan mengitari sisi kolam. Aku benar-benar menderita. Setelah bersabar dan terus memaksakan berjalan,
akhirnya aku tiba di tempat yang memiliki tanda-tanda kehidupan manusia. Sambil berpikir apa pun boleh terjadi setelah aku masuk ke sana, aku merangkak masuk dari reruntuhan lubang pagar bambu. Nasib memang tidak ada yang tahu, jika seandainya pagar bambu ini tidak berlubang, mungkin aku sudah mati kelaparan di jalan. Ini seperti yang sering dikatakan oleh pepatah. Lubang pada pagar ini menjadi pintu masuk saat mengunjungi Mike, tetanggaku hingga saat ini. Nah, sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya masuk ke dalam rumah. Saat itu hari sudah gelap, perutku lapar dan aku kedinginan. Begitu hujan mulai turun, aku tidak bisa menunda lebih lama lagi. Apa boleh buat. Pokoknya aku akan berjalan ke tempat yang terang dan hangat. Kalau sekarang kuingat-ingat, sebenarnya saat itu aku sudah berada di dalam rumah. Di sinilah aku berkesempatan melihat lagi manusia selain si pelajar itu. Manusia yang kali ini kutemui adalah seorang pelayan wanita. Yang ini lebih kasar daripada si pelajar. Begitu melihatku, dengan cepat dia menangkap tengkukku dan melemparku keluar. Aku pikir ini tidak bisa terjadi, aku memejamkan mata dan memasrahkan nasib kepada Tuhan, tapi aku benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa lapar dan kedinginan ini. Aku masuk lagi ke dapur saat si pelayan wanita tidak ada, tapi tidak lama kemudian aku diusir lagi. Aku diusir, lalu mencoba masuk lagi, diusir, lalu mencoba masuk lagi. Aku ingat hal itu berulang hingga empat atau lima kali. Pada saat itu aku merasa muak terhadap pelayan wanita ini. Keesokan harinya, aku mencuri ikan kembung untuk santapan si pelayan, aku lega setelah melakukan serangan balasan ini. Ketika aku akan diusir lagi untuk terakhir kalinya, tuan rumah keluar sambil menanyakan ada keributan apa. Pelayan wanita mengangkatku dan mengarahkanku pada si tuan rumah.
“Anak kucing liar ini terus mencoba masuk ke dapur meskipun berkali-kali aku mengusirnya.” Katanya.
Tuan rumah memandangi wajahku sesaat sambil memilin rambut hitam di bawah hidungnya.
“Kalau begitu biarkan dia masuk,” katanya sambil berlalu masuk ke dalam. Tuan rumah ini tampaknya orang yang sedikit bicara. Pelayan wanita melemparku ke lantai dapur dengan kesal. Singkatnya, aku sudah memutuskan untuk menjadikan rumah ini sebagai tempat tinggalku.
Tuanku jarang bertatap muka denganku. Katanya dia seorang pengajar, setelah dia pulang dari sekolah, dia langsung mengunci dirinya di ruang baca dan hampir tidak keluar hingga penghujung hari. Orang-orang di rumah ini pikir dia seorang pekerja keras, dia sendiri mencoba terlihat sebagai pekerja keras, tapi pada kenyataannya dia tidak seperti yang orang rumah ini kira. Terkadang diam-diam aku mengintip ke dalam ruang bacanya. Dia suka tidur siang, terkadang dia ngiler di atas buku yang dia baca, pencernaannya lemah, kulitnya kuning pucat, menampakkan tanda-tanda kusam dan tidak elastis. Namun demikian dia banyak makan. Setelah banyak makan, dia minum Takadiastase, lalu membuka buku. Dia akan tertidur setelah membaca dua sampai tiga halaman dan ngiler di atas buku. Ini adalah rutinitasnya tiap malam. Bahkan aku yang seekor kucing terkadang berpikir sesungguhnya pengajar adalah makhluk yang berbahagia. Jika tidur sesering ini masih bisa bekerja, kucing pun bisa melakukannya. Meskipun begitu, jika tuanku ditanyai, dia akan berkata tidak ada yang lebih menderita daripada seorang pengajar. Setiap kali temannya datang, dia akan
mengerang tidak suka. Pada saat aku tinggal di rumah ini, kehadiranku tidak disukai oleh orang-orang di rumah ini kecuali oleh tuanku. Aku ditolak di mana pun, tidak ada yang mau bersamaku. Kau akan paham bagaimana persisnya aku tidak dihargai dari tidak diberikannya nama untukku hingga saat ini. Apa boleh buat, sebisa mungkin aku hanya akan berada di sisi tuanku yang mengizinkanku tinggal. Di saat dia membaca koran di pagi hari ataupun tidur siang, aku pasti naik di atas pangkuannya atau tidur di balik punggungnya. Ini bukannya karena aku menyukai dirinya, tapi karena tidak ada yang mau selain dia. Itu tidak bisa dihindari. Setelahnya, aku mencoba berbagai tempat untuk tidur. Di pagi hari aku tidur di atas penanak nasi, di malam hari tidur di atas kotatsu, jika cuaca di siang hari cerah, aku tidur di beranda.
Tapi yang paling nyaman adalah menyelinap ke kamar anak-anak di rumah ini pada malam hari dan tidur bersama mereka. Anak-anak di rumah ini berusia lima dan tiga tahun, mereka tidur bersama di satu kamar di malam hari. Entah bagaimana caranya, aku selalu menemukan tempat yang kubutuhkan untuk diri sendiri di antara mereka. Jika aku tidak beruntung dan salah satu dari
anak itu terbangun, situasi akan menjadi gawat. Anak-anak itu—terutama yang paling kecil yang paling nakal—akan berteriak dengan suara kencang tak peduli hari sudah malam, “Ada kucing! Ada kucing!”. Kalau sudah begitu, tuanku yang lemah pencernaannya akan terbangun dan melompat masuk dari ruangan sebelah. Buktinya beberapa hari lalu aku dipukuli habis dengan penggaris.
Semakin lama aku tinggal dengan manusia dan mengamati mereka, aku berkesimpulan bahwa mereka adalah makhluk yang egois. Terutama seperti anak-anak yang kadang menjadi teman tidurku. Kelakuan mereka benar-benar gila. Di saat mereka tidak punya kerjaan, mereka menggantungku terbalik, membungkus kepalaku dengan kantong, melemparku ke jalan, dan mendorongku masuk ke tungku di dapur. Jika aku sedikit saja berulah, seluruh keluarga akan bekerja sama mengejar dan menganiayaku. Saat aku sedikit mengasah kuku pada tikar jerami, nyonya rumah amat marah. Sejak saat itu aku tidak bisa masuk ke ruang tamu dengan mudah. Setiap kali bertemu dengan Shiro, kucing tetangga depan rumah yang kuhormati, dia selalu berkata tidak ada makhluk yang lebih tak berperasaan dari manusia. Shiro melahirkan empat anak kucing yang cantik seperti permata, tapi tiga hari setelahnya pelajar yang tinggal di rumah itu membawa pergi keempat anak kucing itu dan membuangnya di kolam belakang rumah. Setelah menceritakannya dari awal hingga akhir sambil berlinang air mata, Shiro berkata, “Kita harus memerangi manusia untuk bisa membangun keluarga atau merasakan kasih sayang utuh antara orangtua dan anak. Ras kucing bisa musnah karena ini,” kurasa itu semua sangat masuk akal. Selain itu, Mike, tetangga sebelahku berkata manusia tidak memahami arti dari hak milik. Dia paling membenci yang satu ini. Pada dasarnya, kami sesama kucing membiarkan siapapun memakan kepala ikan sarden atau bahkan pilorus ikan belanak bagi yang lebih dulu menemukannya. Jika ada yang tidak menghormati peraturan ini, kami akan melawannya, tapi tampaknya manusia tidak memahami sedikit pun tentang konsep ini. Makanan yang kami temukan pasti mereka rampas demi kesenangan mereka sendiri. Mereka lah yang meminta perlawanan kami, mereka mengambil dan melenyapkan makanan yang sangat berarti bagi kami. Shiro tinggal di rumah seorang tentara, sementara Mike memiliki tuan seorang pengacara. Aku yang hanya tinggal di rumah seorang pengajar masih bisa lebih santai menyikapi hal tersebut daripada kedua kucing itu, entah bagaimana caranya menjalani hari demi hari. Mau bertingkah bagaimana pun, manusia tidak akan berjaya selamanya. Lebih baik bersabar dan menunggu masa kejayaan kucing tiba.
Ngomong-ngomong soal egois, aku ingin menceritakan sedikit tentang tuanku yang selalu mengalami kegagalan. Sebenarnya tuanku adalah orang yang tidak banyak bisanya dibandingkan orang lain, tapi dia ingin mencoba banyak hal. Dia menulis haiku dan mengirimkannya ke majalah sastra Hototogisu, dia menulis puisi gaya baru dan mengirimkannya ke majalah sastra Myojo, dia menulis karangan Bahasa Inggris yang penuh dengan kesalahan, pada suatu waktu dia belajar memanah, mempelajari nyanyian dan di lain waktu dia memainkan biola dengan suara sumbang, tapi sayangnya tak satu pun dari semua itu berhasil. Namun ketika dia mencoba mengerjakan semua itu, dia melakukannya dengan
penuh semangat tanpa memedulikan pencernaannya yang lemah. Dia tidak peduli dijuluki Profesor Jamban oleh tetangga karena sering menyanyi di kamar mandi, dia terus mengulangi bagian “Tentunya inilah kehormatan menjadi Taira No Munemori!”
“Lihat, ada Taira No Munemori!” semua tertawa terbahak mendengarnya.
Entah apa yang dipikirkan oleh tuanku, pada hari gajian sebulan setelah aku tinggal di rumah ini, dia pulang terburu-buru sambil membawa bungkusan besar. Aku bertanya-tanya apa yang dia beli, ternyata peralatan lukis berupa cat air, kuas dan kertas Whatman. Tampaknya mulai hari ini dia akan berhenti bernyanyi dan menulis puisi untuk berkonsentrasi pada melukis. Sesuai dugaanku, mulai keesokan harinya sampai entah kapan dia terus melukis di ruang bacanya tanpa tidur siang. Tapi tidak ada seorang pun yang tahu apa yang dia lukis jika melihat hasilnya. Sepertinya dia sendiri tidak terlalu bisa melukis. Suatu hari ketika temannya yang berprofesi sebagai ahli seni datang, aku mendengar percakapan seperti di bawah ini.
“Ternyata tidak mudah, ya. Kalau melihat orang lain sepertinya mudah saja, tapi begitu mengangkat kuasnya dari cat, rasanya sulit sekali.” Ini merupakan isi hati tuanku yang sebenarnya. Ya, kali ini dia tidak membual.
Menanggapi itu, temannya berkata seperti ini sambil menatap tuanku dari balik kacamata emasnya, “Memang, kau tidak akan bisa melukis bagus jika baru pertama kali memulainya. Pertama, kau tidak akan bisa melukis dengan imajinasi di ruang tertutup. Itu
yang pernah dikatakan Andrea Del Sarto, seniman besar Itali pada zaman dahulu. Jika kau ingin melukis, lukislah alam itu sendiri. Di langit terdapat bintang, di tanah ada kilau embun, di udara terdapat burung yang sedang terbang, di darat ada hewan berlarian, di kolam ada ikan, gagak musim dingin bertengger di pohon yang mati. Alam adalah lukisan yang sangat luas. Nah, jika kau mau melukis yang indah, kenapa kau tidak melukis alam sungguhan?”
“Hmm, Andrea Del Sarto pernah mengatakan hal seperti itu? Aku sama sekali tidak tahu. Aku paham, itu benar juga. Malahan benar sekali!” tuanku berkata penuh semangat tanpa pikir panjang.
Aku dapat melihat senyuman mengejek dari balik kacamata emas.
Japanese to Indonesian: 春秋 Nikkei Shinbun 2015.07.06 General field: Other Detailed field: Environment & Ecology
Source text - Japanese セカオワといえば人気バンド「SEKAI NO OWARI」。ニコタマなら東京郊外の住宅街、二子玉川を指す。呼びやすい4文字の略称には、人々に親しみを感じさせる魔力があるらしい。こうした愛称の一つに、今「セクマイ」が加わろうとしているようだ。
セクマイとはセクシュアル・マイノリティー(性的少数者)のこと。先日、性的少数者の団体が開いたシンポジウムを聴講したら、配布された冊子の主催者挨拶でもこの呼び名を用いていた。LGBTという記号めいた略称に比べ、なるほど響きが柔らかい。もう数年前からブログなどで当事者たちがつかっていると知った。
米国の組織文化や人事制度に詳しい研究者によれば、企業や役所の性的少数者への対応はオバマ政権下で劇的に変わったという。差別はいけないという点はずっと同じだが、以前は本人も言わない、組織の側もふれないのが主流だった。今は周りに公表、情報を共有したうえで、働きやすい環境を皆でつくっていくそうだ。
2カ月前、性的少数者と支援者が都内で大規模なパレードを開いた。有名企業の名を掲げた集団も多かった。社内に性的少数者らの集まりがあり、その活動を会社が応援しているのだ。当事者による愛称の誕生。産業界の姿勢。連邦最高裁が同性婚を合法とした米国だけでなく、日本でも新しい風が吹いているのを感じる。
Translation - Indonesian Jika Sekaowa maksudnya adalah band terkenal Sekai No Owari, maka Nikotama maksudnya adalah daerah perumahan di pinggir Tokyo, Niko Tamagawa. Nampaknya singkatan 4 huruf yang mudah disebut mempunyai daya tarik yang membuat orang-orang merasakan kedekatan. Saat ini kata sekumai nampaknya siap menambah satu di antara sebutan seperti itu.
Sekumai adalah singkatan dari sexual minority. Beberapa hari lalu dalam simposium yang diadakan oleh organisasi penyandang minoritas seksual, mereka juga menggunakan singkatan ini dalam salam pembuka dari penyelenggara pada buklet yang dibagikan. Dibandingkan dengan LGBT yang lebih menyerupai simbol, sekumai memang terdengar lebih halus. Kami mengetahui singkatan ini sudah dipakai beberapa tahun lalu oleh orang-orang tertentu di blog dan beberapa media lainnya.
Menurut para ilmuwan yang ahli dalam budaya organisasi Amerika maupun sistem manajemen personalia, dukungan industri maupun organisasi terhadap penyandang minoritas seksual berubah drastis di bawah pemerintahan Obama. Mereka tetap tidak boleh didiskriminasi, tapi sebelumnya di mana-mana penyandang minoritas seksual tidak mengungkapkan jati dirinya, organisasinya pun tidak menyebut-nyebut tentang mereka. Sekarang selain memublikasikan dan menyebarkan kepada umum informasi tentang mereka, tampaknya mereka juga akan bersama-sama membuat lingkungan yang memudahkan untuk bekerja.
Dua bulan lalu, penyandang minoritas seksual dan para pendukungnya mengadakan parade besar-besaran. Ada banyak kelompok yang membawa nama perusahaan-perusahaan besar, ada juga perkumpulan penyandang minoritas seksual dalam sebuah perusahaan, kegiatan itu didukung oleh perusahaan. Lahirnya sebuah julukan dari pihak yang berkepentingan, dan sikap dunia industri. Mahkamah Agung yang melegalkan pernikahan sejenis tidak hanya di Amerika saja, di Jepang pun kami merasakan angin baru sedang berhembus.
More
Less
Translation education
Bachelor's degree - Pakuan University
Experience
Years of experience: 11. Registered at ProZ.com: May 2014.
hello, I'm Ananda from Bogor, Indonesia. welcome to my Proz page.
after completing education of Japanese literature in college, I worked in a Japanese factory as an interpreter and translator. I have a great interest in Japanese literature. to be a book translator, especially Japanese novel is my dream, translating Japanese manga is also some interest for me. to chase my dream, I opened this Proz account. I hope to earn the trust to translate Japanese literature into my native language, Bahasa Indonesia. personally I'm pretty interested in issues concerning Bahasa Indonesia, for me to learn my native language is a lesson that will never run out.